Berita

MAKALAH TASAWUF MA’RIFAT : MAQOM TERTINGGI



MA’RIFAT : MAQOM TERTINGGI
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu: Dra. Siti Munawaroh Thowaf, M.Ag.


Disusun Oleh:
Nurul Indah Astari (1604026122)
Wasilur Rofi’ (1604026123)
Pujiasih Nur Khafidoh (1604026124)

JURUSAN TAFSIR HADITS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016

DAFTAR ISI
BAB I.PEMBUKAAN
A.    Latar Belakang ..............................................................................  1
B.     Rumusan Masalah ..........................................................................  1
BABII.PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ma’rifat ........................................................................  2
B.     Macam-macam Ma’rifat ................................................................  2
C.     Kedudukan Ma’rifat ......................................................................  3
D.    Syarat-syarat dan Keutamaan Ma’rifat .........................................  5
BABIII.PENUTUP
A.    Kesimpulan ....................................................................................  8
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebagaimana yang kita ketahui banyak jalan untuk mencapai ma’rifat, diantaranya adalah Takhalli, Tahalli dan Tajalli sehingga seorang sufi mahabbah (kecintaan dengan Allah),  yang tujuannya untuk mencapai ma’rifatullah. Pada makalah ini saya akan membahas tentang ma’rifat yang menjadi puncaknya ilmu tasawuf pada golongan sufi. Banyak kaum sufi ingin menggapainya, bahkan kaum awam juga mempunyai keinginan mencapai ma’rifat. Jika seseorang sudah mencapai ma’rifat, maka orang tersebut tidak ada batas untuk untuk mengenal sang Kholiknya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pengertian Ma’rifat?
2.      Macam-macam Ma’rifat?
3.      Bagaima Keduduka Ma’rifat?
4.      Bagaiman Syarat mencapai Maqom Ma’rifat?
5.      Manfaat Ma’rifat?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ma’rifat
Istilah Ma’rifat berasal dari kata kata arafa, ya’rifu, irfan, ma’rifah yang artinya mengetahui atau mengenal sesuatu. Dan apabila dihubungkan dengan pengamalan Tasawuf, maka istilah ma’rifah disini berarti mengenal Allah ketika sufi mencapai maqam dalam Tasawuf.  Arti “makrifah” menurut takrif ialah mengetahui Allah dari dekat dimana hati sanubari melihat Allah. Sedangkan pengertian “makrifah” dalam hubungan hamba dengan Tuhan, adalah mempunyai arti penting dan merupakan kewajiban yang paling pokok.
B.     Macam-macam Ma’rifat
1.      Makrifat karena Allah
Sementara itu makrifat karena Allah atau makrifat batiniyah adalah makrifat yang tertinggi yang dimiliki para aulia dan wali. Dimensi sudah pada hati, tidak saja berisi kecintaan kepada Allah namun sudah mengarah pada kerinduan kepadaNya. Kedekatannya kepada Allah dapat melahirkan karomah kepadanya.
Seorang yang bermakrifat hanya kepada Allah mampu memahami rahasia Allah melalui bahasa Allah (Kalamullah) yang tidak beraksara dan tidak bersuara. Karena itu, tampilan ilmu mereka tidaklah selalu dalam kefasihan lisan atau sarat dengan dalil-dalil atau panjangnya periwatan untuk menemukan kebenaran yang haq, namun sebaliknya tampilan lisannya juga sederhana simpel, namun akan  sangat mengena dan menyejukkan hati bila bicara.
Sheikh Abdul Kadir Jailani memberikan isyarat / tanda  seseorang yang bermakrifat kepada Allah, adalah orang yang tidak memiliki lisan namun memiliki hati. Dengan begitu Allah telah membukakan mata hatinya sehingga bisa melihat kekurangan dirinya dan mampu menerangi hatinya.
2.      Makrifat karena dalil
Makrifat dengan dalil ditandai orang itu ahli dan fasih dalam menguraikan dalil-dalil atau riwayat para sufi yang ada mengerti konsep dan tatacara untuk dapat bermakrifat kepadaNya. Makrifat serupa ini dikenal juga dengan makrifat syar’iyah.
3.      Makrifat karena ikut-ikutan (taklid)
Sedangkan makrifat yang ikut-ikutan atau taklid, definisinya jelas yaitu orang yang secara total atau taklid mengikuti perbuatan ahli sufi tanpa mengetahui banyak mengenai kandungan ilmunya.
C.     Kedudukan Ma’rifat
Ma’rifat memiliki kedudukan tertinggi diantara maqam-maqam yang dilewati oleh seorang sufi untuk bertemu Allah SWT, Memperoleh ma’rifah, merupakan proses yang bersifat kontinue. Makin banyak seorang Sufi memperoleh ma’rifah dari Allah, makin banyak yang diketahuinya tentang rahasia -rahasia Allah s.w.t. dan dia pun makin dekat kepada Allah.Imam Ghazali mengatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh dari “makrifah” lebih tinggi mutunya dari pengetahuan yang diperoleh dengan akal. Pada dasarnya manusia juga hidup di dunia ini dengan dihiasi dengan masalah - masalah yang sudah tentu membutuhkan kebenaran. Begitu pun sebenarnya makrifah yang seharusnya selalu dibutuhkan oleh seorang hamba untuk lebih dekat lagi dengan Tuhannya.
Makrifah bukanlah hasil pemikiran manusia, tetapi bergantung kepada karunia/ pemberian Tuhan. Oleh karena itu ma’rifat dipandang para ulama sebagai suatu tingkatan yang sempurna dan merupakan puncak dari segala pencapain seorang salik yang berniat ingin bertemu dengan Tuhannya sepenuh hatinya. Makrifah adalah pemberian Tuhan kepada hambanya yang sanggup menerimanya bahwa datangnya karunia “makrifah” itu karena adanya kesungguhan, kerajinan, kepatuhan dan ketaatan mengabdikan diri sebagai hamba Allah dalam beramal secara lahiriah sebagai pengabdian yang dikerjakan tubuh untuk beribadat, itulah yang disebut makrifat.

D.    Syarat – Syarat Menggapai Ma’rifat
Adapun seseorang yang bermaksud hendak menuju MA’RIFAT, maka terlebih dahulu yang bersangkutan harus memiliki syarat- syarat sebagai berikut:
1.      Harus memiliki niat, dan tekad serta keyakinan ingin bertemu dengan Allah.
2.      Harus memiliki kemerdekaan berfikir dengan menggunakan akal dan ratio untuk menemui Allah.
3.      Harus memiliki kemerdekaan kemauan, yaitu kemauan dari hati sanubarinya, bukan karena terpaksa.
4.       Menggunakan ayat- ayat, kitab suci sebagai referensi untuk dapat menemui Allah.
5.      Mencari dan mendapatkan seorang Guru Mursyid yang benar-benar sudah Ma’rifat, yaitu yang sudah tau dan kenal kepada Tuhannya.
E.     Manfaat dan Keuntungan Ma’rifat
            Adapun manfaatnya atau keuntungannya bagi orang-orang yang sudah ma’rifat ( tahu dan kenal Tuhannya) serta takwa dan taat kepada Allah, sebagai berikut :
1.      Termasuk orang-orang yang didekatkan Allah swt, Memperoleh ketentraman dan rezeki serta kenikmatan.  ( AL-WAQIAH : 88-89 )
2.      Diberikan kepadanya kehidupan yang baik dan diberikan balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. ( AN- NAHL : 97 ) Dimasukkan ke dalam Syurga. (YAA-SIIN :26 )
3.      Diberikan ampunan atas dosa dosa yang telah lalu, ditunjukkan jalan yang lurus. ( AL-FATH : 1-2 )
4.      Agar timbul rasa cinta dan saying kepada Allah sehingga meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
5.      Agar kita tahu tujuan hidup. ( AZARIYAT : 56 ) “Dan Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembahku” jadi tujuan yang hakiki hidup kita di dunia ini adalah menyembah Allah swt.

Demikianlah manfaat bagi yang telah berma’rifat sesuai dengan bunyi ayat- ayat tersebut di atas, maka apabila pembaca benar-benar mampu melakukan Mi’raaj, dapat mengenal secara nyata dengan yang wajib disembahnya, maka dengan pasti akan menerima/ mengalami/ memiliki hikmah – hikmah seperti yang telah digelarkan dalam ayat – ayat tersebut di atas; dan kehidupan pembaca akan dapat merasakan lebih nikmat dan lebih indah di dalam batin para pembaca akan merasakan bagai mengalirnya air sungai yang sangat tenangnya, meskipun sedang dilanda badai yang sangat besar.
F.      Alasan Ma’rifat Menjadi Tahapan Tertinggi
Orang yang telah mencapai tahapan ma’rifat setidaknya akan mengikuti akhlak Rasulullah SAW. Menurut Zunnun ada tiga tanda orang Arif (orang yang telah mencapai tahap ma’rifat) :
1.      Cahaya Ma’rifat tidak memadamkan cahaya kerendahan hatinya.
2.      Tidak mengakui secara bathiniah, ilmu yang bertentangan dengan hukum lahiriah (hukum syariat).
3.      Nikmat Allah SWT yang banyak itu tidak mengiringnya untuk melanggar larangan Allah SWT.


BAB III
PENUTU[P
A.    Kesimpulan
Kesimpulannya adalah bahwa ma’rifatullah atau mengenal Allah adalah awal kita beragama yang artinya tahapan ma’rifat adalah tahapan yang tertinggi dari pada tahapan tahapan yang lain yang merupakan dasar tahapan. Dengan mencapai ma’rifat maka segala ibadah akan bermakna karena kita mengenal siapa yang kita sembah. Jika makrifatullah adalah awal beragama, lalu apa akhir dari agama? Akhir dari beragama juga makrifatullah karena makrifatullah adalah ruh dari agama.

















DAFTAR PUSTAKA
Dr. Hadi Abdul, “Tasauf yang Tertindas”, penerbit PARAMADINA, Jakarta 2001.
Dr. Zahra Mustafa, “Kunci memahami Ilmu Tasauf”, penerbit PT. BINA ILMU, Surabaya 1997.


Share on Google Plus

About Auffa alhafidz

0 komentar:

Posting Komentar