Berita

makalah filsafat



BENEFIT OF SCIENCE
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Ulangan Akhir Semester I Mata Kuliah : Falsafah Kesatuan Ilmu
Dosen Pengampu: Dr. Nasihun Amin, M.Ag





Disusun Oleh:
Pujiasih Nur Khafidoh            1604026124

URUSAN TAFSIR HADITS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
DAFTAR ISI


DAFTAR ISI
BAB I. PEMBUKAAN
A.    Latar Belakang ..............................................................................................  02
B.     Rumusan masalah .......................................................................................... 02
BAB II. PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ilmu pengetahuan.........................................................................  03
B.     Posisi Ilmu Pengetahuan dalam Persepektif Islam ........................................ 03
C.     Perkembagan Ilmu Pengetahuan Modern .....................................................  05
D.    Paradigma .....................................................................................................   06
E.     Sumber Ilmu dalam Perspektif  Filsafat Islam ..............................................  06
F.      Objek Kajian Ilmu dalam Perspektif Islam ...................................................  07
G.    Prinsip- prinsip Paradigma Kesatuan Ilmu Pengetahuan ..............................  08
H.    Strategi-strategi Paradigma Kesatuan Ilmu Pengetahuan .............................  08
I.       Aksiologi Ilmu dalam Perspektif Islam ......................................................... 09
BAB III. PENUTUP
A.    Kesimpulan ...................................................................................................  12
DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PEMBUKAAN

A.    Latar Belakang

Sains dan agama adalah dua hal yang sangat penting dalam sejarah kehidupan manusia, sayangnya seiring perkembangan zaman kedua hal tersebut mengalami pergeseran dan pengkotak-kotakan, yang mana pada masa pra-modern kedunya memiliki hubungan yang sangat erat sekarang pada masa modern sains memisahkan diri dari agama akibat gerakan yang muncul pada abad ke XV dan XVI.
Dan pada masa itu pula munculah para peletak dasar filosofis yang dinilai telah berpengaruh terhadap sains modern antara lain Francis Bacon (1561-1623) dengan karyanya yang berjudul “Novum Organon” yang bersifat induktif dengan maksud menggantikan orgon dari Aristoteles yang bersifat deduktif. Dan muncul pula gerakan-gerakan yang memacu perkembangan ilmu pengetahuan seperti : gerakan humanisasi (sebagai aspek dasar dari renaisans) dan lain-lain, dari sinilah perkembanagn ilmu pengetahuan yang sangat kita rasakan kenikmatanya sekarang dimulai.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan?
2.      Bagaimana posisi ilmu pengetahuan dalam persepektif islam?
3.      Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan modern?
4.      Bagaimana  seharusnya kostruk ilmu pengetahuan?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian ilmu pengetahuann
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa arab علِم – يعلَم – عِلما yang berarti tahu atau mengetahui. Sedangkan dalam bahasa ingris ilmu lebih dikenal dengan kata science, dan pengetahuan dengan knowledge. Adapun secara istilah adalah pengetahuan mengenai suatu bidang yang disusun secara sistematis  dengan metode-metode tertentu.
Antara ilmu dan pengetahuan itu sendiri memiliki perbedaan yang sangat
tipis. Secara umum ilmu adalah kumpulan proses kegiatan terhadap suatu kejadian dengan cara, alat, prosedur, dan metode-metode tertentu guna mendapatkan atau menghasilkan sebuah pengetahuan ( yang bersifat analisis, objektif, sistematis, dan verifikatif). Sedangkan pengetahuan (knowledge) adalah kumplan fakta yang merupakan bahan dasar dari ilmu itu sendiri, hingga akhirnya pengetahuan tidak dapat dikatakan sebagai ilmu tapi sebuah ilmu merupakan pengetahuan.
Dengan seperti itu, sebuah pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu dengan syarat memenuhi tiga komponen yaitu : epistemoligi, ontologi, dan aksiologi.
a.       Epistemologi – membicarakan tentang cara mendapatkan sebuah kebenaran atau ilmu pengetahuan.
b.      Ontologi – membicarakan tentang hakikat (segala sesuatau) tentang apa yang dikaji.
c.       Aksiologi – membicarakan tentang guna atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
B.     Posisi Ilmu Pengetahuan dalam Persepektif Islam
Dalam islam ilmu menempati kursi yang sangat penting, banyak ayat-ayat al-qur’an yang menyebutkan kata ilmu, kurang lebih sekitar 780 kali pengulangan hal ini sebagai bukti betapa pentingnya ilmu dalam pandangan islam, dibawah ini adalah beberapa contoh ayat-ayat al-qur’an yang menjelaskan tentang ilmu dan orang yang memilikinya.[1]

شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَأُوْلُواْ ٱلۡعِلۡمِ قَآئِمَۢا بِٱلۡقِسۡطِۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ ١٨
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS Ali Imran : 18)

فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡحَقُّۗ وَلَا تَعۡجَلۡ بِٱلۡقُرۡءَانِ مِن قَبۡلِ أَن يُقۡضَىٰٓ إِلَيۡكَ وَحۡيُهُۥۖ وَقُل رَّبِّ زِدۡنِي عِلۡمٗا ١١٤
            “Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur´an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan". (QS Taha : 114)
Selain ayat al-qur’an banyak juga hadits- hadits yang menerangkan hal tersebut. Diantaranya sebuah hadist “ bagi manusia satu jam mempelajari ilmu, lebih baik dari pada berdo’a selama enam puluh tahun” atau hadist “ carilah ilmu sampai ke negri Cina”.
Semua itu adalah beberapa bukti bagaimana islam sangat memperhatikan tentang ilmu dan menunjukan betapa pentingnnya ilmu, bahkan bukan hanya ilmu agama akan tetapi segala bidang keilmuan yang lainnya.
C.     Perkembagan Ilmu Pengetahuan Modern[2]
Ilmu pengetahuan pada masa modern mengalami perkembangan yang cukup pesat Filsafat modern lahir melalui proses panjang yang berkesinambungan, dimulai dengan munculnya abad Renaissance (bahasa Perancis yang berarti kelahiran kembali), disebut juga dengan zaman pen5cerahan (Aufklarung).
Ditandai pula  dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah yang sebenarnya sebelumnya sudah dirintis sejak zaman Renaissance. Filsafat berkembang bukan pada zaman Renaissance itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya (Zaman Modern).Renaissance lebih dari sekedar kebangkitan dunia modern. Renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia, merupakan periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah Abad Kegelapan sampai muncul Abad Modern.
Filsafat modern menampakkan karakteristiknya dengan lahirnya aneka aliran-aliran besar filsafat, yang diawali oleh Rasionalisme dan Empirisme. Selain kedua aliran itu, juga aliran-aliran idealisme, materialisme, positivisme, fenomenologi, eksistensialisme dan pragmatisme. Tapi dari aliran-alran tersebut ada tiga aliran pokok yaitu:
a.      Aliran Rasionalisme dengan tokohnya Rene Descartes (1596-1650 M).
Kata rasionalisme terdiri dari dua suku kata, yaitu “rasio” yang berarti akal atau pikiran, dan “isme” yang berarti paham atau pendapat. Rasionalisme ialah suatu paham yang berpendapat bahwa “kebenaran yang tertinggi terletak dan bersumber dari akal manusia.” Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran ini, suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.
b.      Aliran Empirisme dengan tokohnya Francis Bacon (1210-1292 M).
Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan inderawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang sejati. Pengetahuan haruslah dicapai dengan induksi. Jadi pemikiran Francis Bacon ini sangat bertentangan dengan pemikiran para filosof aliran rasionalis.
c.       Aliran Kriticisme dengan tokohnya Immanuel Kant (1724-1804 M).
Aliran ini mencoba untuk memadukan perbedaan pendapat kedua aliran (rasionalisme dan empirisme) tersebut dengan mencoba mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini.  Kant berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh.  Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita.  Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia.

D.    Paradigma[3]
Kata paradigma pertama kali dipopulerka oleh Thomas Samuel Khun (1922-1996). Paradigm adalah seperangkat teori, metode dan pegangan ilmiah yang disepakati para ilmuan tertentu. Adapun paradigma yang disepakati oleh umat islam adalah “paradigma kesatuan ilmu”. Karena umat islam meyakini bahwa semua ilmu pada dasarnya sebuah satu kesatuan yang serasal dari dan bermuara kepada Allah melalui wahyu baik langsung maupun tidak.
Dengan seperti itu pada dasarnya paradigma kesatuan ilmu pengetahuan tidak menafikan bahwa terdapat ilmu yang tidak dapat didialogkan atau diintegrasikan.
E.     Sumber Ilmu dalam Perspektif  Filsafat Islam[4]
Sumber ilmu yang paling utama dalam islam adalah wahyu (kalam allah) yang diterima nabi dari allah. Yang kemudian dibantu oleh akal, hati dan indra-indra.
a.       Wahyu
Wahyu merupakan dasar uiversal yang menjelaskan segala sesuatu. Wahyu disini bisa berupa kitab (al qu’an) atau hadits sebagai penjelas al-qur’an. Adapun beberapa keistimewaan al-qur’an sebagai berikut:
Ø  Mampu memecahkan berbagai problem kemanusiaan dalam berbagai segi kehidupan baik rohani maupun jasmani dan sosial ekonomi dan perbagai segi kehidupan yang lainnya.
Ø  Menyediakan kaidah-kaidah umum yang dapat dijadikan landasan bagi langkah-langkah manusia disetiap zaman dan tempat.
b.      Akal
Akal atau yang lebih populer dengan sebutan rasio yang dalam bahasa arab yang berarti menahan diri atau mengekang hawa nafsu. Yang dimaksud adalahh akal manusia yang digunakan untuk mengerti sesuatu hal dan menahan hawa nafsu atau amarah ketika mengambill sikap atau tindakan yang berisi kebijakan dalam mengatasi suatu masalah.  
c.       Hati
Hati adalah sebagai sentral dan pengendali aktitas akal dalam menetapkan pengetahuan yang benar, baik dan bergunan bagi manusia.
d.      Indra
Indra adalah alat yang digunakan manusia dalam beraktvitas dan berfungs dalam memperoleh pengetahuan yakni al-asma’ al-absor dan lain-lain.
F.      Objek Kajian Ilmu dalam Perspektif Islam[5]
Ontologi sendiri adalah paham mengenai hakikat sesuatu, dalam islam objek kajian ilmu bukan hanya hal yang tampak dan hal yang dapat diserap oleh alam empir saja akan tetapi terdpat alam metafisik (al ghoib) dan fisik.(al sahadah).
Alam metafisik adalah (al ghoib) adalah ma’rifat yang dalam pandangan islam meupakan konsep yang sangat sulit dicapai, yakni dengan melalui pengalaman hat yang dibimbinng oleh wahyu dalam pencapaian keputusan.
Alam fisik adalah objek yang dipikirka para filosof yakni segala yangg ada dan mungkin ada (objek material). Selain objek fisik ada pula objek formal yakni sifat peyelidikan yang mendalam dengan mengetahui objek yang empiris.
Dan yang terpenting, bahwasanya segala hal harus didasari dengan wahyu meskipun dalam wahyu menyebutkan perbedaan antara alam metafisik dan fisik , namun keduana tidak dapat dipisahkan, karena dengan mengandalkan panca indradan akal semata tanpa adanya iman, manusia tidak akan dapat mencapai petunjuk allah. Adapun cabang-cabang ontologi sebagai berikut:
Ø  Materialisme – sesuatu yang ada (materi) hanya mungkin lahir dari sesuatu yang ada pula.
Ø  Idealisme – bahwasanya hakikat dari pengadaa itu sendiri adalah rohani (spiritual)..dualisme – bahwasanya hakikat pengadaan alam semesta ini terdiri dari dua sumber yaitu materi dan rohani.
Ø  Agnotisme – sikap skeptis yaitu ragu atas setiap jawaban yang mungkin benar dan mungkn juga tidak atau salah.
G.    Prinsip- prinsip Paradigma Kesatuan Ilmu Pengetahuan[6]
a.       Integrasi
Bahwa semua ilmu pengetahuaun sebagai satu kesaatuan yang saling berhubungan dan bersumber pada wahyu (al-qur’an) baik diperoleh melalui para utusannya maupun eksplorasi akal maupun alam.
b.      Kolaborasi
Dengan memadukan nilai universal islam dengan pengetahuan modern yang meningkatkan kualitas hidup manusia dan peradaban.
c.       Dialektika
Dengan memastikan dialog yan inters ntara ilmu yang berakar pada wahyu (revealed science), ilmu penetahua modern (modern science), maupun kearifan lokal (local wisdom).
d.      Prospektif
Paradigma akan menghasilkan ilmu-ilmu baru yang lebih humanis dan etis dan juga bermanfaat bagi pembanunan martabat dan juga kwalitas bangsa serta kelestarian alam.
e.       Pluralistik
Meyakini adanya plurlitas realitas, metode dan pendekatan dalam semua aktivitas keilmuan.
H.    Strategi-strategi Paradigma Kesatuan Ilmu Pengetahuan[7]
a.       Humanisasi ilmu-iilmu keislaman
Humanisasi yang dimaksud adalah yang mana ilmu keislaman harus hadir guna memberikan solusi dan jawaban terhadap segala persoalan yang dihadapi masyarakat. Dengnan cara merekonstruksi ilmu-ilmu keislaman agar semakain menyentuh dan memasuki unsur-unsur  modern agar  memberikan solusi bagi kehidupan manusia sendiri denga mencakup segala upaya untuk memadukan nilai keislaman dan ilmu pengetahuan. Contoh: Yusuf Qordowi yang mengeluarkan hukum tentang “zakat profesi” dan lain-lain.
b.      Spiritualisai ilmu-ilmu modern
Yang diharapkan spiritualisai ilmu-ilmu modern adalah meberikan pijakan nilai-nilai ketuhanan (ilahiyyah) dan etika terhadap ilmu-ilmu sekuler untuk memastikan bahwa pada dasarnya berorientasi pada kualitas dan keberlangsungan hidup manusia dan alam, bukan perusakan atau penistaan keduanya, dengan cara membentuk kesadaran individu dan membuat sesuatu yang sudah ada supaya memiliki unsur-unsur ketuhanan. Karena ketika kita harus befokus pada satu titik, tetap harus diimbangi dengan sisi yang lain pula.
c.       Realisasi local wisdom
Kearifan lokal diartikan sebagai suatu kekayan budaya lokal yang mengandung kebijkan hidup dan pandangan hidup yang megakomodasi kebijakan dan kearifan lokal.
Kearifan lokal juga merupak hasil dari kemampuan seseorang dalam memnggunakan kekuatan akal dan pikirannya untuk menyikapi sebuah permasalahan yang sedang dihadapi dalam suatu tempat.
Adapu beberapa lokal wisdom yang dimiliki indonesia yang perlu dihidupkan lagi dan membutuhkan perhatan dar masyarakatnya antara lain: Tentang budaya gotongroyong dan momong putra wayah yang diajarkan oleh Sunan Kalijogo dan tentang bibit, bebet, bobot. Dan juga ajaran mulur mungkret yakni sikap manusia yang harus memiliki sifat syukkur saat menerima nikat dan sabar saaat menerima cobaan.
I.       Aksiologi Ilmu dalam Perspektif Islam[8]
Landasan aksiologi berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia  dengan tujuan pendidikan islam yang berusaha mencapai kesajahteraan manusia didunia dan akhirat (sesuai maqosid as syariah). 
Yang dimaksud maqosid as syariah  adalah sebuah konsep untuk mengetahui hikmah yang tersurat dan tersirat dalam al-qur’an yang mana telah ditetapkan Allah terhaap manusia yang bertujuan satu yaitu maslakhah atau kebaikan dan kesejahteraan umat manusia baik di dunia maupuun di akhirat dengan cara memenuhi kebutuhan primer (dhoruriat) ataupun keburuhan penyempurna atau sekunder (hajiat), dan jiga kebutuhan tersier  (kamaliat). Adapun tujuan hukum islam antara lain sebagai berikut:
1.      Hifdz Ad-ddin (memelihara agama)
2.      Hifdz An-nafs (memelihara jiwa)
3.      Hifdz Al’aql (memelihara akal)
4.      Hifdz an-Nasb (memelihara keturunan)
5.      Hifdz Al maal (memelihara harta)
Aksiologi juga bisa disebut sebagai teori arau nilai ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang sesuatu apa yang dinilai.
Adapun kegunaan ilmu pengetahuan sebagai nilai berarti suatu kegiatan menghubugka sesuatu dengan sesuatu yang lain dengan memberikan keputusan (baik / positif atau negatif / buruk). Ketika manusia melakuakan penilaian terhadap sesuatu yang bersifat rohani dengan menggunakan budi  nurani yang dibantu indra yang mana akan merasakan kehendak dan keinginan hati.
Sebagaimana kegunaan nilai  ilmu dalam masyarakat dimana setiap perkembanga  peradaban mengalami tingkatan perkembangan dan pengetahuan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dapat diketahhuii melalau tingkatan perkembangan peradaban manuia itu sendiri yakni dari zaman prasejarah hingga zaman yang kita hadapi sekarang zaman pengetahuan da teknologi dan informasi. Kegunaan ilmu dalam kehidupan dan peradaban manusia sanagatlah kita rasakan semial dalam beberapa hal sebagai berikut:
1.      Kegunaan ilmu dalam bidang kedokteran
2.      Kegunaan ilmu dalam bidang tenologi dan informasi
3.      Kegunaan ilmu dalam bidang sosial ekonomi
4.      Kegunaan ilmu dalam bdang pendidikan




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan mengenai suatu bidang yang disusun secara sistematis  dengan metode-metode tertentu. Yagng man ilmu tersebut ada guna kepentingn manusia sendiri yag memilki beberapa ketentuan sepert : objek, prinsip, sumber, kegunaan dan lain sebagainya




DAFTAR PUSTAKA

_Ilyas Supena. 2015. Pergeseran Paradigma  EPISTEMOLOGI Ilmu-iilmu KEISLAMAN. Semarang : Karya Abadi Jaya.
_Ahmad Ali Riyadi. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Yogjakarta : TERAS.
_Zaprulkhan. 2014. Filsafat Islam ( sebuah kajian tematik). Jakarta : PT RAJA GRAFINDO.
_Muhyar Fanani. 2015. Paradigma Kesatuan Ilmu Pengetahuan. Semarang : CV Karya Abad Jaya.




[1] Muhyar Fanani. 2015. Paradigma Kesatuan Ilmu Pengetahuan. Semarang : CV Karya Abad Jaya.
[2] Ahmad Ali Riyadi. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Yogjakarta : TERAS.
[3] Muhyar Fanani. 2015. Paradigma Kesatuan Ilmu Pengetahuan. Semarang : CV Karya Abad Jaya.
[4] Zaprulkhan. 2014. Filsafat Islam ( sebuah kajian tematik). Jakarta : PT RAJA GRAFINDO.
[5]  Zaprulkhan. 2014. Filsafat Islam ( sebuah kajian tematik). Jakarta : PT RAJA GRAFINDO.
[6] Muhyar Fanani. 2015. Paradigma Kesatuan Ilmu Pengetahuan. Semarang : CV Karya Abad Jaya.
[7] Muhyar Fanani. 2015. Paradigma Kesatuan Ilmu Pengetahuan. Semarang : CV Karya Abad Jaya.halaman 55
[8] Ilyas Supena. 2015. Pergeseran Paradigma  EPISTEMOLOGI Ilmu-iilmu KEISLAMAN. Semarang : Karya Abadi Jaya.
Share on Google Plus

About Auffa alhafidz

0 komentar:

Posting Komentar