Berita

Kartini Milenial



Raden Ajeng Kartini, seorang wanita berpengaruh pada zamannya. Ia merupakan sosok pemberani, dalam bidang keilmuan ia hadir berdiri tegak untuk mencapainya. Memembuka cakrawala pengetahuan melalui bacaan-bacaan membuat Kartini menjadi tokoh perempuan panutan bagi wanita masa kini.
Perjalanan hidup sebagai seorang wanita teladan juga dilalui oleh Arikhah, dosen bergelar doktor di UIN Walisongo. Wanita kelahiran Kudus, 29 November 1969 ini mempunyai semangat berbagi ilmu. Sejak kecil, Arikhah telah diajarkan tentang ilmu agama karena orang tuanya pengasuh sebuah pesantren di Kudus. Saat MTs ia sudah belajar bagaimana berceramah di depan banyak orang, walaupun grogi. Baginya, berceramah merupakan panggilan hati. Arikhah ingin membagi sebuah pesan agama yang sangat membahagiakan, bahwa jika kita melakukan perintah Tuhan, kita menjadi bahagia meskipun tidak ada tujuan lain selain mencari ridhonya.
Arikhah juga seorang pengasuh di pesantren Darul Falah Besongo Semarang. Ia serta suaminya yang menjabat sebagai Wakil Rektor III UIN Walisongo, Imam Taufiq, berjuang bersama membangun pesantren yang sekarang mulai banyak santri-santrinya. Arikhah, selain berceramah juga mengajar berbagai keterampilan. Misal keterampilan memasak, ia berusaha membagikan pengalamannya kepada santri-santri agar nantinya mereka bisa mendiri dan mempunyai skill saat telah berumah tangga. Setiap Sabtu pagi, Arikhah bersiap-siap mengajarkan keterampilan menyulam untuk santri kelas dua. Menyulam dengan pita sudah menjadi keahliannya, ia memberikan arahan kepada santri untuk mengikutinya lalu hasilnya akan dinilai.
Di usia setengah abad ini, ia telah berhasil menjadi doktor dengan predikat cumlaude. Bidang tasawuf sudah digelutinya di Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (Fuhum) dengan berbagai hasil, selain itu ia pun menjadi dosen mata kuliah pilihan Dakwah. Di masyarakat ia berperan sangat aktif dalam berbagai kegiatan. Rasa kemanusiaan yang tinggi membuat Arikhah dikenal banya orang dan menjadi wanita yang berpengaruh.
Zaman sekarang ini, jika wanita tidak berperan aktif maka tidak bisa menjadi pengalaman untuk penerusnya. Untuk itu, menjadi sarjana bukanlah halangan untuk wanita-wanita sekarang, karena wanita harus cerdas dan berani berpendapat. Tidak hanya sebagai yang berperan dengan dapur dan urusan rumah tangga lainnya namun, juga perlu untuk berpendidikan tinggi dan bepengalaman dalam berbagai bidang. Sudah banyak sekali contoh-contoh wanita berbakat di bidangnya, juga sangat berpengaruh untuk masyarakat sekitar hingga seluruh dunia. (Zeyla A)
Share on Google Plus

About Auffa alhafidz

0 komentar:

Posting Komentar