AVEROES
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Ulangan Tengah Semester I Mta Kuliah : Falsafah Kesatuan
Ilmu
Dosen
Pengampu: Dr. Nasihun Amin, M.Ag
Disusun
Oleh:
Pujiasih
Nur Khafidoh 1604026124
URUSAN TAFSIR HADITS
FAKULTAS USHULUDDIN
DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
DAFTAR ISI
BAB I PEMDAHULUAN
A.
Latar Belakang .............................................................................................. 2
B.
Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Biografi intelektual ....................................................................................... 3
B.
Karya-Karya Ibn Rusyd ................................................................................ 4
C.
Pemikiran Ibn Rusyd .................................................................................... 4
D.
Pandangan tentang Hubungan antara Agama dengan
Filsafat
.................... 7
E.
Akal dan Jiwa Menurut Ibnu Rusyd ............................................................. 7
F. Metode yang
Digunakan Ibnu Rusyd .......................................................... 8
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ibnu Rusyd lahir di kota
Cordova. Nama lengkapnya Abdul Wahid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd. Ia
dibesarkan dalam keluarga ahli fiqh. Ayahnya seorang hakim. Demikian juga
datuknya yang sangat terkenal sebagai ahli fiqh.
Ia belajar ilmu fiqh, ilmu
pasti dan ilmu kedokteran di Sevilla, kemudian pulang ke Cordova untuk
melakukan studi, penelitian, membaca buku-buku dan menulis. Sejak usia remaja
hingga dewasa sangat besar perhatiannya pada ilmu pengetahuan.
Kata orang, Ibnu Rusyd sejak
mulai mampu berpikir tidak pernah berhenti belajar dan membaca kecuali pada
malam ketika ayahnya wafat dan malam pertama pernikahannya. Lebih dari sepuluh
ribu lembar kertas ia habiskan untuk mencatat, meringkas buku-buku yang
dibacanya dan menulis makalah-makalah yang dikarangnya. Ia sangat tertarik pada
berbagai macam ilmu pengetahuan. Ia merupakan ilmuan yang paling terkenal pada
waktu itu. Ibnu Rusyd sangat menguasai ilmu bahasa sastra.
B.
Rumusan Masalah
1.
Siapa Ibn Rusyd?
2.
Bagaimana Pemikiran Ibn Rusyd?
3.
Bagaimana Pandangan terhadap Agama dan Filsafat?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Intelektual
Ibn rusyd yang diberi gelar Abul
Walid memiliki nama asli Muhammad
ibn Ahmad bin Muhammad Ibn Rusyd. Di Eropa dia terkenal sebagai averroes,
salah satu filsuf Arab yang paling terkenal dengan komentar-komentarnya
terhadap tulisan-tulisan Aristoteles. Ibn Rusyd adalah pria kelahian tahun 520
H / 11266 M tepatnya di Kota Cordova yang merupakan Ibu Kota Andalusia, wilayah
Islam di ujung barat benua Eropa. Dan dia meninggal pada hari kamis tanggal 9
Shafar 595 H / 11 Desember 1198 M di Kota Marakisy yang merupakan Ibu Kota
Marokko, wilayah paling barat dari Afrika Selatan.
Pamggilan Ibn Rusyd adalah
berasal dari nama kakeknya yang pertama kali datang dari Arabia ke jazirah
Andalusia. Sudah sejak awal, keluarganya mempunyai kedudukanyang tinggi dimata
masyarakat Andalusia, dan umumnya terdiri dari orang-orang besar yang dikenal
dikalangan-kalangan dunia ilmu pengetahuan. Dan dia hidup di dalam keluarga ahli fiqih dan hakim-hakim.
Semasa kecilnya, Ibn Rusyd
pertama kali belajar di rumahnya sendiri yakni ayahnya sebagai guru pertamanya
dalam ilmu agama, semisal : fiqih (hukum), ushul, bahasa (arab), kalam, dan
adab (saster). Sedangkan dalam ilmu tauhid dia berpegang teguh pada pemahaman
Asy ariyah, yang membuka jalan bagi dia untuk belajar falasafat.
Tidak ada suatu keterangan yang
memberi kepastian hingga umur berapa Ibn Rusyd belajar di rumah, setelah itu
kemudian memasuki madrasah yang ada di kota kelahirannya. Dan hal tersebut juga
tidak dapat dipastikan, kapan dia mulai belajar ilmu-ilmu umum, di luar
ilmu-ilmu agama yang dia dapatkan dari ayahnya.[1]
B.
Karya-Karya
Ibn Rusyd[2]
Sebagai seorang filsafat Islam di dunia Islam
bagian Barat, Ibnu Rusyd juga telah membuat sebuah karya dalam tulisannya. Karya-karya
Ibnu Rusyd benar-benar memuat sudut pandang ke arah filsafat. Di antara
karya-karyanya adalah sebagai berikut :
1. Tahafut at-Tahafut. Kitab ini berisi penjabaran dengan menyanggah
keberatan-keberatan terhadap al-Ghozali.
2. Fash al-Maqal fi ma bain al-Hiikmat wa al-Syari’ah min al-Ittishal. Kitab
ini berisikan tentang hubungan antara filsafat dan agama.
3.
Al-Kasyf’an
Manahij al-Adillat fi ‘Aqa’id al-Millat. Kitab ini berisikan kritik terhadap
metode para ahli ilmu kalam dan sufi.
4.
Bidayat al-Mujtahid
wa Nihayat al Muqtasid. Kitab ini berisikan uraian-uraian di bidang fiqih.
C. Pemikiran Ibn Rusyd[3]
Ibnu Thufail adalah orang yang
mencalonkan Ibn Rusyd untuk menafsirkan filsafat Guru Pertama (Aristoteles)
pada khalifah Abu Ya’qub Yusuf al – Muwahhidi (557-579 H). Karena Ibnu Thufail percaya akan kecerdasan dan
kejernihan pandangan terhadap kuatnya minat pada ilmu filsafat Ibnu Rusyd
Ibn Rusyd mulai bekerja
melaksanakan kewajibannya. Ia menafsirkan, menyimpulkan buku-buku Aristoteles
dan akhirnya menghasilkan tiga buku tafsir, yaitu : Al – Ashgar, Al – Ausath
dan Al – Akbar (yang kecil, yang sedang dan yang besar).
Dalam menyusun rumus
kesimpulan, Ibnu Rusyd tidak terikat pada rumusan Aristoteles, ia mengemukakan
pendapat-pendapat pribadinya yang mencerminkan pandangan atau pahamnya sendiri.
Al – Ausath dimulai dengan
“Ia berkata”. Yang dimaksud ialah Aristoteles. Ibnu Rusyd cukup menyebutkan
kata tersebut, atau kadang-kadang menyebutkan sedikit teks rumusan Aristoteles,
kemudian langsung menguraikan, menafsirkan dan menyimpulkan. Kesimpulannya
tentang buku-buku Aristoteles yang berjudul cathyphorias (al-maqulat)
dan retorica (al-khitabah) dewasa ini telah diterbitkan dalam bahasa
Arab.
Buku tafsir Al – Akbar juga
sebagian telah diterbitkan dalam bahasa Arab, yakni yang mengenai metafisika.
Diterbitkan dalam lima jilid oleh Al – Ab Buwaji di Beirut. Buku tafsir Al –
Ashgar sama sekali tidak terikat pada rumusan Aristoteles. Sebagian besar
buku-buku tafsir Ibn Rusyd atas filsafat Aristoteles tentang alam, semantik dan
moral masih terdapat terjemahannya dalam bahasa latin dan ibrani. Sedangkan
manuskrip aslinya berupa tulisan tangan dalam bahasa Arab telah hilang. Itu
menunjukkan betapa besar pengaruh Ibn Rusyd di Eropa dan di kalangan ahli fikir
sedunia.
Pada mulanya Ibnu Rusyd
merupakan ahli fiqh. Di bidang ilmu fiqh pun ia meninggalkan warisan ilmiah
yang besar bagi dunia Islam. Bukunya yang berjudul Bidayatul Mujtahid wa
nihayatul muqtashid sangat terkenal. Baik di bidang ilmu fiqh maupun
filsafat, dia mempunyai pandangan dan alirannya tersendiri.
Kemudian ia jadi seorang
dokter. Dalam ilmu kedokteran, kedudukannya hampir sebanding dengan Ibnu Sina
di daerah Masyriqi. Ia menulis buku al – Kulliyat fitt-thib (Garis-garis Besar
Ilmu Kedokteran), diterjemahkan dalam bahasa latin dengan judul colliget.
Ibnu Rusyd membatasi tulisannya pada pokok-pokok ilmu kedokteran.
Ibnu Rusyd juga menulis
beberapa buku tentang astronomi. Manuskripnya dalam bahasa Arab telah hilang,
tetapi terjemahannya dalam bahasa Ibrani masih tersimpan hingga sekarang.
Semuanya itu menunjukkan bahwa Ibnu Rusyd melandaskan pemikiran filsafatnya
dengan ilmu pengetahuan.
Pemikiran filsafatnya dapat
dilihat dan diketahui dengan jelas dari bukunya yang sangat terkenal, Tahafatut
Tahafut yang dituliskan sebagai sanggahan terhadap Al – Ghazali yang
berjudul Thalafutul Falasifah.
Ia juga menulis dua buah
buku kecil namun bernilai besar, tentang kesesuaian antara agama dan filsafat.
Dua buku itu adalah al-Kasyfu ‘an Manahijil Adillah (ungkapan tentang
metode pembuktian) dan Fashlul Maqal fima Bainal Hikmah wasy-syariah Minal
Ittishal (kata putus tentang kaitan antara filsafat dan syariah).
Aliran filsafat Ibnu Rusyd
dapat disimpulkan sebagai aliran filsafat rasional. Ia sangat menjunjung tinggi
akal fikiran dan menghargai peranan akal, karena dengan akal fikiran, manusia
dapat menafsirkan alam wujud. Akal fikiran atas dasar pengertian umum (ma’ani
kulliyat) yang didalamnya tercakup hal ihwal yang bersifat partial (juziyyat).
Pada abad pertengahan, orang-orang memperdebatkan soal kulliyat (universalitas).
Apakah kulliyat itu hanya nama belaka? Ataukah mempunyai wujud nyata di
luar akal? Ataukah hanya merupakan gambaran akal semata-mata? Dengan terus
menerus Ibnu Rusyd menegaskan, bahwa kulliyat ialah gambaran akal.
Sebaliknya, Ibnu Sina berpegang pada sikap tengah, yakni antara gambaran akal
dan wujud kenyataannya di luar akal.
Dalam kesimpulannya mengenai
metafisika, Ibnu Rusyd mengatakan, “Bila kita menetapkan bahwa kulliyat itu
merupakan kenyataan yang ada di luar akal (jiwa), tentu ia mempunyai kulliyat
yang lain di luar akal (jiwa), dan dengan adanya kulliyat yang lain
itu maka kulliyat yang pertama dapat diterima oleh akal dan kulliyat yang
kedua akan mempunyai kulliyat yang ketiga, dan begitulah seterusnya
tanpa ada titik penghabisan. Keraguan seperti itu tidak akan ada jika kita
telah menetapkan bahwa sesungguhnya yang bersifat kulliy (universal)
hanya ada di dalam akal”.
Seorang filosof yang
berpegang pada aliran rasional pasti berkeyakinan bahwa segala sesuatu tidak
mungkin lepas dari sebab musabab. Keyakinan pada hukum sebab musabab adalah
asas ilmu alam dan asal filsafat rasional.
Al – Ghazali dalam upaya
memberi jalan bagi keyakinan terhadap kekuasaan ‘illah, ia berusaha merobohkan
dalil keharusan adanya sebab musabab bagi segala sesuatu. Melalui bukunya Tahafutul
Falasifah, ia melancarkan serangan kecaman terhadap para filosof karena
mereka berpegangan pada hukum sebab musabab. Serangan Al – Ghazali itu dijawab
Ibnu Rusyd, “Mengingkari sebab musabab yang dapat dilihat dalam segala
kenyataan (al-mahsusat) adalah sophisme (omong kosong). Orang yang mengatakan
hal itu lidahnya mengingkari apa yang ada didalam hatinya, atau mengakui omong
kosong untuk meragukan apa yang ada didalamnya.” Ibnu Rusyd kemudian
mengembalikan soal sebab musabab kepada empat sebab pokok (‘illah) sebagaimana
yang dikatakan Aristoteles, yaitu :
Ø
‘illah maaddiyyah (materi cause, sebab musabab yang
berkaitan dengan benda).
Ø
‘illah shuwariyah (formal cause, sebab musabab yang
berkaitan dengan bentuk).
Ø
‘illah fa’ilah (efficient cause, sebab musabab yang
berkaitan dengan daya guna).
Ø
‘illah gha’iyyah (final cause, sebab musabab yang
berkaitan dengan tujuan).
D.
Pandangan Ibnu Rusyd tentang Hubungan antara Agama
dengan Filsafat
Ibnu rusyd membantah
anggapan yang menyatakan bahwa agama bertentangan dengan filsafat. Mereka yang
menyatakan bahwa agama bertentangan dengan filsafat adalah bagi mereka yang
tidak memiliki metode untuk mempertemukan keduanya. Kata Ibnu Rusyd, untuk mempertemukan
keduanya (agama dan filsafat), dibutuhkan alat, dan alat itu adalah akal
pikiran.
E. Akal dan Jiwa
Menurut Ibnu Rusyd[4]
Manusia, menurut Ibnu Rusyd,
mempunyai dua gambaran. Kedua gambaran itu dinamakan percept (perasaan)
dan concept (pikiran). Perasaan adalah gambaran khusus yang dapat
diperoleh dengan pengalaman berasal dari materi. Ibnu Rusyd memberi perbedaan
antara perasaan dan akal dan memisahkan pula antara pengetahuan akali (aqli)
dengan pengetahuan indrawi (naqli). Dengan sendirinya kedua pengetahuan ini
berbeda dalam hal cara manusia memperolehnya. Pengetahuan indrawi diperoleh
dengan persepsi, sedangkan pengetahuan aqli diperoleh lewat akal, pemahaman
dilakukan dengan penalaran.
Akal sendiri dibagi jadi dua
jenis, yang pertama disebut akal praktis dan yang kedua adalah akal teoritis.
Akal yang pertama memiliki fungsi sensasi, dimana akal ini dimiliki oleh semua
manusia. Disamping memiliki fungsi sensasi, akal praktis memiliki pengalaman
dan ingatan, sedangkan akal teoritis mempunyai tugas untuk memperoleh pemahaman
(konsepsi) yang bersifat universal.
F. Metode yang
Digunakan Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd menggunakan
metode khusus yang disebut metode demonstrasi, metode inayah (perhatian) dan
metode ikhtira (penciptaan). Metode pertama digunakan dalam memecahkan masalah
persoalan-persoalan filsafat, sedangkan metode inayah dan ikhtira dipergunakan
khusus dalam pembahasan ilmu kalam. Menurut Prof. Dr. Notonegoro, metode
demonstrasi diperlukan karena manusia mempunyai kemampuan yang serba terbatas.
Untuk memperoleh kemampuan berpikir, manusia tidak dapat semata-mata percaya
pada kemampuan akal, tetapi diperlukan pula bantuan rasa, kehendak dan
kepercayaan. Bentuk konkret metode demontrasi Ibnu Rusyd adalah sebagai berikut
:
“Demontration (al-burhan) is
defined as argument consisting of indubitable premise resulting in indubitable
conclusion. The absolute form of demonstration is the argument from the fact
and argument from the reason of the fact”. Demonstrasi (al-burhan) adalah
ketentuan dari satu argumen yang konsisten, tidak diragukan lagi kebenarannya
yang diperoleh dari premise-premise yang ada dan pasti, maka kesimpulan yang diperoleh
pasti pula.
Dengan demikian bentuk
metode domonstrasi diliputi akal. Dalam pandangan Ibn Rusyd, bentuk demonstrasi
sebenarnya bentuk deduktif atau istilah umumnya silogisme.
Kebenaran itu sendiri,
menurut pandangan Ibn Rusyd bersifat individual, benda yang sempuna, substance
par excellence. Individualis yang dimaksud adalah sejenis realitas dan dilain
pihak sebagai makhluk.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ibn rusyd di Eropa dia terkenal
sebagai averroes, salah satu filsuf Arab yang paling terkenal dengan
komentar-komentarnya terhadap tulisan-tulisan Aristoteles. Ibn Rusyd adalah
pria kelahian tahun 520 H / 11266 M. Dan dia meninggal pada hari kamis tanggal
9 Shafar 595 H / 11 Desember 1198 M. Adapun singkat pemikirannya sebagai
berikut:
1.
Aliran filsafat Ibnu Rusyd adalah rasional. Ia
menjunjung tinggi akal pikiran.
2.
Pandangan tentang hubungan antara agama dan filsafat
dapat dipertemukan oleh akal pikiran.
3.
Gambaran tentang akal dan jiwa. Manusia mempunyai dua
gambaran (maani), yaitu : perpect (perasaan) dan concept (pikiran).
4.
Metode yang digunakan Ibn Rusyd untuk memecahkan
masalah persoalan-persoalan filsafat dan pembahasan ilmu kalam adalah metode
demonstrasi, metode inayah dan metode ikhtira.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Zainal Abidin. 1975. Riwaat Hidup IBN RUSYD (Averroes).
(Jakarta : Bulan Bintang).
Atif Muhammad. 2003. Metode Kritik Filsafat IBN RUSYDI. (Yogyakarta
: IRCiSoD)
Aksin Wijaya. 2009. Kritik Ideologis-Hermeneutis IBN
RUSYD. (Yogyakarta : LKis).
halaman 26.
halaman 116.
0 komentar:
Posting Komentar